Selasa, 23 Agustus 2011

Donor Darah, berguna atau tidak ?

Ada beberapa teman yang takut sekali dengan yang namanya donor darah, ada yang bilang jarumnya kegedean lah, ada yang bilang efek samping yang berbahaya lah. tapi hampir semua kita sepakat bahwa mendonorkan darah adalah perbuatan mulia. Apalagi, kerapkali darah yang didonorkan tersebut menyelamatkan si penerima dari kematian. Selain itu, donor darah juga baik untuk regenerasi darah, kehilangan darah2 yang kita donorkan ternyata secara otomatis akan membuat tubuh memproduksi sel2 darah yang baru atau peremajaan sel darah, sehingga sirkulasi darah membaik dan akhirnya imunitas tubuh meningkat.

Tetapi, ketika kita diminta untuk mendonorkan darah kita, berbagai keraguan muncul. Mungkin akan terlintas dipikiran kita, kengerian ketika pembuluh darah vena ditusuk dengan jarum dan ketika darah kita mengucur deras ke kantong darah. Keraguan juga timbul saat kita merasa darah kita masih sedikit, tekanan darah kita rendah, atau hemoglobin (Hb) darah kita kurang, atau mungkin nanti kita akan pingsan. Biasanya, kita akan berkata, untuk saat ini saya belum siap mendonorkan darah.
Padahal, proses donor darah adalah proses medis biasa. Dengan teknik yang telah maju, prosedur ini dapat dilakukan senyaman dan seaman mungkin.

Seluruh rangkaian proses donor darah dari pemeriksaan awal sampai pemulihan biasanya memakan waktu satu jam atau kurang. Untuk pengambilan darah sendiri biasanya hanya berlangsung sekitar lima belas menit. (Wikipedia,2007)
Jarum yang digunakan untuk menusuk pembuluh darah vena adalah jarum kecil, steril dan sekali pakai (disposable). Dengan demikian, risiko infeksi sangat kecil. Rasa nyeri yang timbul saat penusukan biasanya ringan, boleh dikata seperti digigit semut. Setelah jarum direkatkan dengan plaster ke lengan dan darah mengalir ke kantong darah, rasa nyeri biasanya tidak ada lagi.
Darah yang diambil pun tidak banyak, hanya 350 ml. Bandingkan darah yang beredar dalam tubuh kita, yaitu sekitar 5 liter (Blood Center,2005). Lagipula, darah ini akan segera tergantikan oleh sel darah yang diproduksi sum-sum tulang.
Selain itu, untuk menjamin keselamatan pendonor dan penerima darah, beberapa syarat harus dipenuhi, antara lain (PMI, 2002) :
  1. Pendonor berusia antara 17 - 60 tahun dengan berat badan minimal 45 kg. Usia 17 tahun harus dengan ijin tertulis dari orangtua.
  2. Tanda vital baik: Tekanan darah sistol = 110 - 160 mm Hg dan diastol = 70 - 100 mm Hg; Denyut nadi teratur, yaitu 50 - 100 kali/ menit; Suhu tubuh 36,6 - 37,5 derajat Celcius (oral)
  3. Kadar Hemoglobin (Hb) untuk wanita minimal = 12 gr % dan untuk pria minimal = 12,5 gr %
  4. Jarak penyumbangan darah minimal 3 bulan.
Syarat lain adalah seseorang tidak boleh menjadi donor pada keadaan (PMI, 2002) :
  1. Pernah menderita hepatitis B
  2. Menderita tuberkulosis, sifilis, epilepsi dan sering kejang.
  3. Ketergantungan obat, alkoholisme akut dan kronik.
  4. Dalam jangka waktu 1 tahun sesudah operasi besar, sesudah injeksi terakhir imunisasi rabies terapeutik, atau sesudah transplantasi kulit.
  5. Dalam jangka waktu 6 bulan sesudah kontak erat dengan penderita hepatitis, sesudah transfusi, sesudah tattoo/tindik telinga, sesudah persalinan, atau sesudah operasi kecil
  6. Dalam jangka waktu 2 minggu sesudah vaksinasi virus hidup parotitis, measles, tetanus toksoid.
  7. Dalam jangka waktu 1 minggu sesudah gejala alergi menghilang.
  8. Sedang hamil atau menyusui.
  9. Dalam jangka waktu 72 jam sesudah operasi gigi.
  10. Dalam jangka waktu 24 jam sesudah vaksinasi polio, influenza, kolera, tetanus difteri.
  11. Menderita penyakit kulit pada vena (pembuluh darah balik) yang akan ditusuk.
  12. Mempunyai kecenderungan perdarahan atau penyakit darah, misalnya, defisiensi G6PD, thalasemia, polibetemiavera.
  13. Seseorang yang termasuk kelompok masyarakat yang mempunyai resiko tinggi untuk mendapatkan HIV/AIDS (homoseks, morfinis, berganti-ganti pasangan seks, pemakai jarum suntik tidak steril)
  14. Pengidap HIV/ AIDS menurut hasil pemeriksaan pada saat donor darah.
    Sebagaimana prosedur medis lainnya, pada donor darah juga dapat timbul efek samping. Walaupun demikian, efek samping tersebut jarang terjadi. Selain itu, petugas yang mendampingi kita saat donor darah sudah terlatih untuk mengatasinya.
Efek samping biasanya timbul akibat turunnya tekanan darah yang menyertai berkurangnya volume darah. Gejalanya adalah pusing, mual, atau pingsan. Dengan berbaring beberapa saat dan minum banyak air, gejala ini biasanya hilang. Pada kasus yang berat, proses donor darah dapat dihentikan, diperlukan pemberian cairan infus, dan tubuh diposisikan dalam posisi Trendelenburg (telentang dengan kaki diangkat).
Agar kita terhindar dari efek samping diatas, kondisi tubuh sebelum mendonorkan darah mesti dipersiapkan, yaitu dengan minum banyak tetapi hindari kopi, makan terlebih dahulu, dan istirahat yang cukup.
Beberapa keuntungan yang dapat kita ambil dari donor darah selain rasa bahagia dapat membantu orang lain adalah mengetahui golongan darah dan penyakit dalam darah kita. Setidaknya setiap darah yang didonorkan akan melalui 13 pemeriksaan (11 diantaranya untuk penyakit infeksi) (Blood Center, 2005). Pemeriksaan tersebut antara lain HIV/AIDS, hepatitis C, sifilis, malaria, dsb. Selain itu mendonorkan darah membantu meregenerasi sel darah yang beredar dalam tubuh kita.
Referensi :
  1. Wikipedia (2007) : Blood Donation. Dikutip pada 25 Nop 07. Link: http://en.wikipedia.org/wiki/Blood_donation
  2. Blood Center (2005) : 56 Facts About Blood and Blood Donation. Dikutip pada 25 Nop 07. Link : http://www.bloodcenters.org/aboutblood/bloodfacts.htm
  3. PMI (2002) : Serba Serbi Transfusi Darah. Dikutip pada 25 Nop 07. Link: http://www.palangmerah.org/pelayanan_transfusi.asp

Tidak ada komentar:

Posting Komentar