Minggu, 04 September 2011

Upaya Menjadikan Indonesia Kiblat Busana Muslim Dunia


FASHION - Seperti diketahui, mayoritas masyarakat di Indonesia merupakan pemeluk agama Islam. Menurut data, sekitar 25 persen dari seluruh umat muslim di dunia berasal dari Indonesia. Bisa terlihat betapa banyak dan besarnya potensi yang terkandung di dalamnya. Tak heran, perkembangan industri kreatif yang berhubungan dengan gaya hidup Islami terus berkembang, contohnya; makin banyak wanita

yang berjilbab bergaya lebih modis, bertambahnya percetakan buku Islami, hingga bertumbuhnya pasar keuangan syariah di Indonesia.

Salah satu porsi yang paling memungkinkan untuk dikembangkan adalah industri fashion. Hal ini ditangkap oleh setidaknya 31 perancang, di antaranya; Anne Rufaidah, Ida Royani, Merry Pramono, Dian Pelangi, Iva Latifah, Jeny Tjahyawati, dan lainnya. Para perancang ini bergabung dalam sebuah wadah yang menyebut dirinya Indonesia Islamic Fashion Consortium (IIFC). IIFC yang dikepalai oleh Ir Gilarsi Wahyu Setijono, yang juga memiliki rumah mode muslim Shafira, mengatakan bahwa, "Kalau kita mau menyejajarkan industri fashion kita dengan London, Milan, Paris, atau New York, jelas kita tertinggal. Tetapi kita bisa kalau kita bisa menyusun strategi untuk merambah fashion muslim. Saat ini, jumlah ekspor tekstil dan produk tekstil dalam negeri Indonesia bernilai USD 10 miliar, jika kita fokus mendorong produk busana muslim, bisa saja 10 tahun nanti menjadi USD 40 miliar."

Indonesia yang Lebih Baik
Cita-cita menjadikan Indonesia sebagai kiblat busana muslim dunia bukan semata-mata untuk gaya, tetapi untuk membangun dari banyak segi. Hal ini diutarakan Gilarsi pada saat konferensi pers beberapa waktu lalu di Plaza Indonesia. Menurutnya, ketika industri busana muslim Indonesia sudah maju dan tertata, akan makin banyak hal pula yang maju di Indonesia, salah satunya dari segi sumber daya manusia. Menurut Gilarsi, ketika industri fashion Indonesia makin maju, makin dikenal, tak pelak, akan makin banyak permintaan, artinya, akan makin dibutuhkan banyak tenaga kerja, makin banyak orang yang datang ke Indonesia untuk melihat dan membeli busana muslim pula, ujungnya, pemasukan untuk negara pula.

Targetnya, dalam 10 tahun mendatang, pendapatan dari industri fashion muslim Indonesia ini akan berkembang 4 kali lipat. Tak dipungkiri Gilarsi, akan butuh banyak kerjasama dari berbagai pihak di dalam negeri. Para desainer, crafter, media, pemerintah, masyarakat, serta bagian-bagian lain yang bersinggungan dengan hal ini harus bisa merapatkan barisan dan menyatukan visi agar bisa berjalan bersama memajukan upaya menjadikan Indonesia sebagai kiblat busana muslim dunia ini.

Cetak Biru Nasional
Diakui Gilarsi, pekerjaan rumah IIFC tidak mudah, perlu perencanaan yang matang. Dijelaskan Gilarsi, bahwa ia akan mencoba menjalankan taktik dual end strategy, yakni dari arah depan dan belakang. Sebuah cetak biru yang mengupayakan gerakan dari arah pengguna dan dari pencipta busana itu sendiri. Ia mencoba untuk mengawali upaya ini dari arah industri fashion high end, menjadikan busana muslim yang gaya sebagai tren, menjadikannya sebuah industri besar, kemudian mengembangkannya lagi dari arah low end. "Supaya orang datang ke Indonesia untuk membeli busana muslim, karena selama ini kita cuma sebagai pembuat kemudian diekspor," jelas Gilarsi.

Upaya menjadikan Indonesia sebagai kiblat ini ditandai dengan penandatanganan Pencanangan Indonesia Sebagai Kiblat Muslim Fashion Dunia Tahun 2020 di Plaza Indonesia.. Penandatanganan ini menjadi pembuka diadakannya Indonesia Islamic Fashion Fair (IIFF) di Plaza Indonesia. IIFF yang akan digelar mulai dari 12 Agustus - 3 September 2010 ini merupakan sebuah pameran busana muslim karya perancang Indonesia di tengah-tengah busana internasional yang ada di Plaza Indonesia. Busana-busana tersebut akan berada di titik-titik strategis Plaza Indonesia, agar para pengunjung bisa menikmatinya. Pada tanggal-tanggal tertentu, seperti pada akhir pekan, akan ada acara bernafaskan Islami di lantai 4 Plaza Indonesia Extension, dan pada tanggal 23 Agustus serta 3 September, Anda bisa menyaksikan trunk show dari beberapa desainer di Lamoda Cafe, serta penutupan IIFF oleh Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo.(MB-12)


http://malangbisnis.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar