Minggu, 25 September 2011

Pelajaran dari Tukang Sol Sepatu



13169321121872053229
Bapak Muhaeni, tukang sol sepatu (Dok. Pribadi)
Siang ini saat menghadiri acara pernikahan teman SMP-ku yang menikah dengan pria pilihannya sangat menyentuh hati, ternyata mempelai prianya adalah anak dari seorang tukang sol sepatu yang sangat sederhana namun sangat menghargai kehidupan dan mensyukuri hidup yang telah digariskan oleh Allah buat keluarganya.

13169322621762904062
Wisuda Mas Dokter Agus, FK. UNS (Dok. Pribadi)
Mempelai prianya ini adalah lulusan fakultas kedokteran Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Jawa Tengah.
Mungkin sebagian orang pasti bertanya bagaimana caranya anak seorang tukang sol sepatu tapi bisa menjadi dokter?
Bukankah semuanya itu atas kuasa dan seijin Allah…
Ternyata bukan itu saja kekagumanku kepada figur seorang bapak tukang sol sepatu itu, tapi aku juga mendapat banyak nasehat dan pelajaran dari perjalanan hidupnya selama menggeluti profesi sebagai tukang sol sepatu lebih dari 37 tahun, bukannya sebuah perjalanan hidup yang mudah, begitu setianya beliau dengan sebuah profesi untuk jaman sesulit ini.
Iseng aku bertanya…bapak, bagaimana cara bapak mengetur semuanya?
Begini nak Titi…, dulu waktu bapak muda, bapak punya kebiasaan merokok, lalu bapak hentikan saat anak laki-laki semata wayang bapak ini lahir, alasannya hanya dua yaitu tidak mau merncemari pertumbuhan anaknya dengan asap rokok yang akan membuatnya batuk dan sakit, kedua bila bapak merokok sehari 10 batang dan harganya Rp. 5000,- per bungkus, maka bila bapak tidak merokok, uang Rp. 5000,- itu bapak masukkan ke tiang bambu yang menyangga rumahnya dan tak ada satu sen-pun yang bapak ambil hingga anak bapak lulus SMA, dan saat mendengar khabar anak bapak diterima kuliah di fakultas kedokteran, baru bapak belah bambu itu dan uangnya untuk membayar SPP dan administrasi pendaftaran, dan bapak berpesan pada anak bapak, kamu harus tetap prihatin ya kalau kamu ingin sampai selesai kuliah…
Pesan bapak yang lain pada anak bapak adalah bila kamu ingin mencapai hidup yang baik dan memberikan manfaat buat sesama, hidup itu harus lurus seperti tanaman bambu yang batangnya lurus dan tegak (tidak bengkok) maka itulah yang dipilih dan diambil oleh manusia untuk digunakan sebagai sesuatu yang memberikan banyak manfaat, tapi yang tumbuhnya bengkok pastilah akan ditinggalkan begitu saja.
Dan anak bapak sangat patuh dengan pesan bapak itu dan alhamdulillah akhirnya dapat menamatkan sekolahnya, Subhanallah…
Inilah pemikiran sederhana dari seorang bapak tua tukang sol sepatu yang memiliki pengabdian yang begitu besar buat keluarganya dan begitu setia dengan pekerjaannya yang saat ini sudah banyak ditinggalkan oleh sebagian orang.
Selamat buat temanku yang baru saja melangsungkan pernikahannya dengan suami pilihanmu yang sangat baik dengan melihat kehidupan itu apa adanya dan selalu mensyukuri nikmat Allah dan selalu bangga dengan figur orang tuanya yang telah membesarkan dan mendidiknya hingga menjadi dokter.
Salam Bahagia, Titi.

sumber : Kompasiana, reporter : Titi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar