Minggu, 04 September 2011

Jika bayar pakai kacang, pasti cuma dapat monyet

Gilarsi Wahju Setijono
CEO Shafira Corporation Enterprise

TAK banyak orang tahu bahwa PT Shafira Corporation Enterprise, perusahaan ritel busana Shafira, pernah hampir bangkrut pada 2006–2008. Bersama pengurus, pemilik Shafira pergi ke Manila, Filipina, menemui Gilarsi Wahyu Setijono agar bersedia menyelamatkan Shafira. Ternyata, di bawah kendali Gilarsi, Shafira berhasil bangkit lagi. Dia menceritakan pengalaman menyelamatkan Shafira kepada wartawan KONTAN Azis Husaini, Rabu (4/8) lalu.



Shafira bukan perusahaan baru bagi saya. Saya termasuk orang yang pernah mendorong berdirinya perusahaan ini. Waktu itu, kami tidak sengaja mencetuskan ide bisnis ini di Masjid Salman, Institut Teknologi Bandung (ITB).
Berdiri tahun 1989, saya hanya sebatas sebagai penasihat di Shafira. Kegiatan tersebut saya lakukan sembari berkarier di sebuah perusahaan keramik di Semarang, milik Bakrie. Setelah itu saya lompat ke perusahaan lampu, Philips, selama 12 tahun. Terahir saya duduk sebagai direktur bagian Asia Pacific, berkantor di Manila, Filipina. Setelah itu, saya bergabung ke Merrill Lynch Investment sebagai managing director wilayah Thailand, China, dan Filipina. Dari sisi finansial, saya sudah aman dan nyaman.

Namun, ketika pemilik Shafira datang ke Manila untuk menemui saya dan meminta memegang kendali perusahaan itu, saya langsung luluh. Saya menerima tawaran tersebut karena kedekatan emosional. Kami pernah bersama-sama mendirikan Shafira.

Saat datang pada tahun 2007, mereka menceritakan bisnis Shafira yang terus merugi. Mereka ingin saya membenahi dan membawa Shafira bangkit. Setelah berdiskusi dengan istri, kami memutuskan kembali ke Indonesia. Butuh waktu setahun agar bisa keluar dari perusahaan finansial Amerika Serikat itu karena saya harus mencari orang yang tepat untuk menggantikan posisi saya.

Investasi dan ekspansi
Terus terang, pada saat itu, saya tidak terlalu mengerti soal industri fashion, sebab latar pendidikan saya adalah insinyur kimia. Tapi, sebagai pemimpin, saya tahu mana bisnis yang masuk akal dan mana yang tidak masuk akal. Itulah yang saya pakai sebagai patokan dalam pembenahan di Shafira.

Pertama, yang saya lakukan ketika memimpin Shafira adalah dengan berkonsolidasi. Saya memberikan ruang untuk berdiskusi, ke mana arah bisnis Shafira ke depan.

Saat itu, saya berani berkesimpulan bisnis Shafira tidak fokus. Untuk itu saya melakukan banyak pembenahan. Pertama, saya memutuskan untuk memusatkan logistic center ke satu tempat. Waktu itu pusat logistik kami terpencar-pencar. sehingga pengiriman bahan baku tidak pernah tepat waktu. Ini yang membuat produksi terhambat.

Bersamaan dengan itu, saya mulai memberikan tema untuk 22 outlet Shafira yakni reborn, artinya lahir kembali. Konsep outlet saya ubah dengan produk yang lebih beragam, dan setiap tiga bulan sekali tren fhasion-nya harus berubah.

Kedua, saya juga mempersiapkan rencana ekspansi. Salah satu yang penting dalam sistem ini adalah menciptakan proses real time. Caranya, kami berinvestasi IT asal Italia. Teknologi ini mampu menampilkan seluruh proses produksi Shafira, dari pengolahan bahan baku, produk jadi, pengiriman ke outlet, sampai jatuh ke tangan konsumen. Seluruh proses ini terpantau di layar besar.

Melalui layar tersebut, saya bisa melihat di mana saja proses yang gagal dan dengan sekejap saya hentikan. Selama ini, kerugian yang dialami Shafira karena proses dari awal sampai akhir tidak terpantau.

Banyak kesalahan produksi yang tidak bisa dihentikan di tengah jalan karena tidak ada yang tahu. Teknologi ini memungkinkan itu semua terdeteksi. Manajemen perusahaan juga menjadi lebih transparan.

Ketiga, masalah sumber daya manusia (SDM). Saat awal saya di Shafira, jumlah karyawan hanya 300 orang dan sekarang sudah mencapai 700 orang dengan jumlah perajin mencapai 3.000 orang, termasuk para perancang. Penambahan jumlah karyawan beriringan dengan membaiknya usaha kami.
Dalam sebuah perusahaan apa pun, SDM harus diyakini sebagai faktor penting. Saya berani membayar mahal para pekerja di Shafira. Istilahnya di atas harga pasar. Saya berkeyakinan, jika membayar dengan kacang pasti dapatnya monyet. Jadi, saya tidak mau membayar SDM seadanya.

Selain itu, saya juga kerap memberi asupan pendidikan ke karyawan. Bagi para perancang busana, saya sering mendatangkan desainer luar negeri untuk memberikan pendidikan kepada perancang Shafira.

Kami juga terus ikut dalam mencetak desainer busana muslim. Untuk itu, kami bekerja sama dengan beberapa pihak yang penyelenggara Lomba Rancang Busana Muslim (LRBM) dan Indonesian Islamic Fashion Fair (IIFC).

Dengan mengusung konsep eco-fashion, para peserta harus bisa mengetengahkan unsur-unsur bahan atau materi yang ramah lingkungan dalam hasil rancangan busana mereka. Selain itu, kami ingin eco-fashion bisa diaplikasikan dalam sebuah rancangan busana yang apik dan terjangkau dari sisi ekonomi.

Dengan cara seperti ini, kami bisa menjaring SDM yang berkualitas sekaligus membuat desainer mandiri. Jangan salah, banyak sekali desainer busana muslim di Indonesia yang dibajak oleh para produsen besar luar negeri. Untuk itulah, kami mengajak para desainer itu menjadi wirausaha.

Keempat, sebagai bukti kebangkitan kami, selama bulan puasa ini kami juga sudah siap menampilkan sedikitnya 105 setel koleksi terbaru busana muslim untuk menyambut Ramadan dan Lebaran 1431 Hijriah. Koleksi yang kami angkat dominan dengan warna cokelat, merah marun, hijau, dan biru.

Kami menampilkan padu padan etnik dari batik, tenun Makassar, dan bahan polos seperti sifon, sutra, dan katun. Tema yang kami angkat adalah unsur etnik Indonesia yang memadukan kemewahan etnik Maroko menjadi sebuah karakter yang kami beri nama eklektik mediterania.

Perubahan yang masih menjadi misi Shafira tahun ini juga kami aplikasikan dalam rancangan busana. Koleksi kami tampil minimalis dan praktis. Harga busana yang akan luncurkan saat Ramadan berkisar Rp 40.000 sampai Rp 15 juta per setel, tergantung dari keinginan konsumen.

Kelima, sebagai wujud sosial Shafira kepada para guru, kami juga menyerahkan sebanyak 1.000 unit laptop kepada para guru di berbagai daerah Indonesia. Rencananya, dalam lima tahun ke depan kami akan membagikan sebanyak 10.000 laptop kepada para guru.

Laptop ini kami tujukan untuk para guru honorer yang bertugas di daerah terpencil. Tujuannya, memberikan mereka fasilitas belajar mengajar serta pengembangan skill guru dalam menguasai sarana teknologi komputer.

Terakhir, kami juga akan memperlebar sayap bisnis dengan membuat outlet di beberapa negara yang penduduk muslimnya banyak. Misalnya, kami akan membuka outlet di Abu Dhabi, Saudi Arabia, London, Paris, hingga New York.

Saat ini kami tengah melakukan persiapkan untuk mewujudkan rencana ekspansi tersebut. Kami juga masih akan terus melakukan branding di beberapa negara melalui penyelenggaraan fashion show.

Sekarang, Shafira sudah terlepas dari masalah krisis keuangan. Sekarang tinggal bagaimana kami menyusun kembali arah bisnis dengan memperjelas visi dan misi perusahaan sebagai perusahaan busana muslim yang mendunia.


http://executive.kontan.co.id

1 komentar:

  1. Saya Fatimawati, saya menggunakan waktu ini untuk memperingatkan semua rekan saya INDONESIANS.Who yang telah terjadi di sekitar mencari pinjaman, Anda hanya harus berhati-hati. satu-satunya tempat dan perusahaan yang dapat menawarkan pinjaman Anda adalah QUALITYLOANFIRM. Saya mendapat pinjaman saya dari mereka. Mereka adalah satu-satunya pemberi pinjaman yang sah di internet. Lainnya semua pembohong, saya menghabiskan hampir 32 juta di tangan pemberi pinjaman palsu. Tapi qualityloan memberi saya mimpi saya kembali. Ini adalah alamat email yang sebenarnya mereka: qualityloanfirm@asia.com. Email pribadi saya sendiri: fatimatu.said99@gmail.com. Anda dapat berbicara dengan saya kapan saja Anda inginkan. Terima kasih semua untuk mendengarkan permintaan untuk saran saya. hati-hati

    BalasHapus